CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 11 Desember 2008

TULISAN ADALAH SEBUAH LAHAN


Menulis Bukan Sekedar Profesi

Apa yang kita tanam itu yang akan kita semai. Tulisan adalah lahan, isinya adalah tanaman dan hasilnya adalah buah yang kita dapatkan.


Seorang mantan sekretaris berhasil mengubah kehidupannya lewat tulisannya. Siapa lagi kalau bukan J.K Rowling, pengarang Novel Harry Potter. Lewat karyanya dia berhasil menjadi bagian dari orang-orang terkaya di dunia. Ketujuh buku Harry Potter menduduki tempat teratas di daftar-daftar bestseller dan memenangkan banyak penghargaan. Harry Potter telah diterjemahkan sebanyak 65 bahasa dan terjual lebih dari 350 juta eksemplar. Menakjubkan, novel yang bukan saja diminati di negaranya tapi di negara-negara lain pun tak kalah banyak penggemar novel tersebut.
Andrea Hirata yang tak pernah menulis sepotong cerpen pun tapi mampu membuat orang terkesima dengan karya-karyanya. Andrea telah berhasil merebut hati pembaca walau apa yang disuguhkannya tidak sesuai dengan tren pasar. J.K Rowling dan Andre telah menciptakan lahannya sendiri. Ya...sebuah lahan fiksi.
Lain halnya dengan seorang wartawan yang bekerja di lahannya apalagi kalau bukan berkutat dengan tulisan, mencari dan membuat berita kemudian menginformasikannya kepada khalayak. Lahan yang lebih bersifat non fiksi.
Kita dapat lihat kalau tulisan merupakan lahan yang menjanjikan baik dari sisi materi maupun psikis kita. Dari sisi materi, dengan membuat tulisan yang berkulitas dan diminati maka kita akan mendapatkan keuntungan finansial Sedangkan untuk psikis, tulisan merupakan lahan yang jitu untuk mengeluarkan kepenatan yang kita rasakan ataupun membuat kita merasakan kepuasan batin ketika menghasilkan sebuah karya..
Berbicara mengenai media massa maka tak lepas dari fungsi media dan itu juga merupakan lahan kita dalam membuat tulisan––lahan informasi, pendidikan, hiburan bahkan kontrol sosial. Pentingnya sebuah tulisan dalam suatu media kian dirasakan, hadirnya media komunitas atau pun media internal membuat kesempatan dibidang ini semakin terbuka lebar.
Kita tidak harus terjun dalam suatu media massa baik cetak ataupun elketronik untuk dapat menulis ataupun menginformasikan. Berkerja di perusahaan pun tetap memerlukan keahlian menulis. Contohnya perusahaan yang memiliki media internal, tentunya memerlukan sumber daya menusia untuk mengolahnya. Profesi sebagai humas pun tetap memerlukan keahlian menulis, misalnya membuat press realease. Selain itu kita juga dapat menyalurkan buah pikiran kita (tulisan) melalui media internet atau mengirim opini, artikel dan lainnya ke salah satu media cetak. Lahan ini tak akan pernah kekeringan sebuah karya.
Pentingnya menulis membuat kegiatan ini bukan hanya sekedar profesi tetapi menjadikan dia salah satu kebutuhan dalam berkomunikasi. Apalagi tulis-menulis termasuk lahan yang menjanjikan dan dengan adanya kebebasan yang diberikan kepada media dalam menginformasikan sesuatu membuat dunia ini semakin dilirik. Maka tak heran bila hadir fenomena journalism––siapa saja dapat menulis dan menjadi seorang jurnalis.
Walau lahan ini begitu subur namun bukan perkara yang mudah untuk menakluknya. Kualitas tulisan sangat menentukan, apakah tulisan kita dapat diminati atau dibaca oleh khalayak. Dalam lahan fiksi misalnya, tidak mudah untuk dapat menembus penerbit, lagi-lagi apa yang kita tawarkan lewat tulisan yang menjadi penentu. Sedangkan di media massa khususnya media cetak tak jauh beda dengan tulisan fiksi, tetap kualitas tulisan yang menentukan terlebih informasi adalah kunci dari media massa itu.
Selain isi dari tulisan, khalayak dari suatu media juga menentukan perkembangan lahan kita yang olah apalagi kalau bukan tulisan. Sebagaimana teori komunikasi uses and gratification––khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Maka akan terjadi suatu penyeleksian apakah sebuah tulisan dapat memenuhi kebutuhan khalayak. Jika suatu media menghadirkan tulisan ataupun program acara yang tidak diminati khalayak, tentu saja media itu akan ditinggalkan. Khalayak meninggalkan sebuah media maka pengiklan pun akan meninggalkan media tersebut dan cepat atau lambat media itu akan tutup karena masalah finansial.
Peran khalayak juga dirasakan pada novel Andrea Hirata, novel yang bukan bagian dari tren pasar tapi mampu memenuhi kebutuhan pembaca dan menjadi best seller. Tampaknya khalayak mulai menginginkan tulisan yang berkapasitas. Andrea telah mengemas novelnya bukan saja untuk menghibur tapi juga menginformasikan dan mendidik.
Kembali pada tulisan adalah lahan dan menulis bukan sekedar profesi, lahan ini rupanya cukup sensitif jadi memerlukan trik yang jitu agar lahan ini dapat berkembang. Dengan peluang yang menjanjikan menjadikan lahan ini tidak sepi dari pengolah yang ingin mengembangkan sayapnya di dunia tulis-menulis. Namun hal tersebut bukanlah semudah membalikkan telapak tangan, walaupun tulis-menulis tidak lepas dari kehidupan kita. Untuk terjun di dunia tulis-menulis yang sesungguhnya memerlukan keterampilan, pengetahuan dan latihan agar tulisan yang kita buat memiliki kapasitas yang bagus. Sehingga pada akhirnya lahan ini mampu menjadikan kita bagian dari para penulis yang telah lebih dahulu meraih sukses.

Ditulis dengan penuh semangat oleh Liza Mayasari, Mahasiswi Ilmu Komunikasi-ISIPOL Unib
tulisan ini juga dimuat di buletin kampus "BASKOM (Bahana Suara Komunikasi)" dan blog baskomers.blogspot.com

0 comments: